Kamis, 15 September 2011

PIcture

Religious 
Jesus Cross

I Love Jesus

Footprints In The Sand

Jesus Loves You

blessedbeunicorn.gif

PAUS BENEDIKTUS XVI

BentoXVI-30-10052007.jpg



Paus Benediktus XVI


Pasangan Katolik yang saleh, Joseph Ratzinger dan Maria Riger, dikaruniai tiga orang putera puteri. Anak pertama, Georg Ratzinger - kelak menjadi imam sekaligus musikus; anak kedua, seorang puteri yang diberi nama Maria Ratzinger, dan yang bungsu Joseph Ratzinger, yang kini menjadi Bapa Suci Paus Benediktus XVI.


Joseph Alois Ratzinger dilahirkan pada hari Jumat Agung, 16 April 1927 di Marktl am Inn, Bavaria, Jerman dan dibaptis keesokan harinya pada Malam Paskah. Dalam otobiografinya, “Milestones”, bapa suci menulis, “Sebagai orang pertama yang dibaptis dengan air baru, sungguh merupakan suatu penyelenggaraan ilahi yang luar biasa. Aku senantiasa dipenuhi rasa syukur bahwa hidupku ditenggelamkan begitu rupa dalam Misteri Paskah.... Semakin aku merenungkannya, semakin tepat rasanya bahwa aku dibaptis pada Malam Paskah, bukan pada Hari Raya Paskah. Kita masih menanti Paskah, belum berada dalam terang Paskah yang penuh, melainkan berjalan menuju terang itu, dengan penuh pengharapan.”


Sejak masa kanak-kanaknya, Joseph kecil tidak bercita-cita lain selain daripada menjadi seorang imam. Bahkan saat berusia enam tahun, ia telah mengumumkan bahwa ia akan menjadi seorang uskup!


Ayahnya, Joseph Ratzinger Sr, adalah seorang polisi negara. Ia seorang yang anti Nazi, seperti dinyatakan bapa suci sendiri, “Ayahku melihat tanpa keraguan sedikit pun bahwa kemenangan Hitler akan menjadi kemenangan anti Kristus, bukan kemenangan Jerman, awal dari masa-masa Kitab Wahyu bagi segenap umat beriman - dan bukan hanya mereka saja.” Karena kritiknya yang terang-terangan terhadap Nazi, keluarga Ratzinger harus pindah ke Auschau am Inn, di kaki pegunungan Alpen pada bulan Desember 1932. Pada tahun 1937, ayahnya mencapai usia pensiun 60 tahun dan mereka pindah ke Hufschlag, di pinggiran kota Traunstein, di mana Joseph melewatkan masa remajanya. Di sinilah ia mulai belajar bahasa Latin dan Yunani.




MASA REMAJA


Pada tahun 1939, Joseph yang masih belia masuk seminari di Traunstein. Ketika usianya beranjak 14 tahun, Joseph bergabung dengan Pemuda Hitler, sesuai ketentuan wajib sejak tahun 1938. Joseph sama sekali tidak tertarik, dan bersama teman-teman seminari lainnya berusaha menghindarkan diri dari pertemuan-pertemuan Nazi. Dua tahun kemudian, tahun 1943, saat ia berumur 16 tahun, Joseph, bersama seluruh teman sekelasnya di seminari, ditugaskan wajib militer dalam korps anti pesawat terbang. Mereka masih diperkenankan mengikuti pelajaran di Maximilians - Gymnasium di Munich tiga hari dalam seminggu.


Pada bulan September 1944, Joseph yang saat itu berusia 17 tahun, ditugaskan wajib militer di suatu batalyon yang dikomandani oleh seorang Austria “Nazi Tua” yang fanatik. Bapa suci menulis, “Suatu malam kami diseret dari tempat tidur kami dan diperintahkan berbaris, dalam keadaan setengah tidur, dengan mengenakan baju training. Seorang perwira SS menyuruh kami maju satu persatu. Dengan memanfaatkan keadaan kami yang masih mengantuk dan dengan menempatkan kami di hadapan seluruh pasukan, ia berusaha mendesak kami bekerja “sukarela” untuk Waffen-SS. Begitulah, sejumlah besar teman yang berkehendak baik dipaksa bekerja untuk kelompok kriminal ini. Bersama beberapa teman, aku sungguh senang dapat mengatakan bahwa kami ingin menjadi imam Katolik. Lalu kami dibebaskan dengan caci-maki penghinaan dan siksa. Namun demikian, betapa nikmat rasanya  segala penghinaan itu, yang membebaskan kami dari ancaman “kerja sukarela” dusta ini dengan segala konsekuensinya.


Bahaya maut mengancam Joseph pada hari-hari menjelang kekalahan Jerman pada awal bulan Mei 1945. Mengambil kesempatan dalam kekacaubalauan perang, ia meninggalkan dinas militer dan pulang ke rumah, mempertaruhkan nyawa meluputkan diri dari para tentara yang ditempatkan di tiap-tiap persimpangan jalan dengan perintah untuk menembak di tempat semua prajurit yang “mangkir”. Ia berhasil meloloskan diri dan tiba di rumah hanya untuk masuk dalam bahaya yang bahkan lebih besar. Dua perwira SS masuk dan tinggal di rumah keluarga Ratzinger. Beberapa teman mereka telah menggantung mati beberapa prajurit muda yang ketahuan mangkir. Hanya karena perlindungan Allah yang Mahabaik, kedua perwira SS itu sekonyong-konyong menghilang, tanpa menyentuh baik Joseph maupun ayahnya.


Sementara itu, musin panas 1945, pasukan sekutu akhirnya tiba di desa tempat tinggalnya dan menjadikan rumah keluarga Ratzinger sebagai pangkalan mereka. Joseph dikenali sebagai tentara Jerman dan karenanya ditangkap sebagai tawanan perang dan dikurung di kamp POW. Enam minggu kemudian, tanggal 19 Juni 1945, ia dibebaskan dan pulang ke rumah. “Yerusalem surgawi tak akan lebih indah bagiku. Inilah Pesta Hati Kudus Yesus. Aku boleh mendengarkan madah dan doa-doa dilambungkan dari gereja…. Tak pernah sepanjang hidupku aku menikmati santapan yang lebih sedap dari masakan sederhana yang disiapkan ibu bagi kami dari hasil kebun kami sendiri…. Beberapa minggu kemudian, kakak sulungku muncul, kulitnya kecoklatan terbakar matahari Italia; ia duduk di piano dan memainkan “Allah yang Kudus, Kami Memuliakan Nama-Mu”. Bulan-bulan berlalu, di mana sekali lagi kami boleh mengecap kebebasan, sungguh merupakan kenangan terindah sepanjang hidupku.”




IMAMAT


Bulan Januari 1946, bersama Georg dan 120 teman seminari, Joseph masuk kembali ke seminari di Keuskupan Munich. Kejamnya hidup dalam perang yang harus mereka alami membuat mereka semua haus menuntut ilmu. “Kami bertekad mengejar ketinggalan kami dari tahun-tahun yang hilang, untuk melayani Kristus dalam GerejaNya, demi masa depan yang baru, yang lebih baik, demi Jerman yang lebih baik, demi dunia yang lebih baik,” demikian tulis bapa suci dalam buku kenangannya. “Tak seorang pun dari antara kami yang ragu bahwa Gereja merupakan pilihan yang tepat bagi harapan-harapan kami. Kendati kelemahan-kelemahan manusiawi, Gereja tetap bertahan dalam menghadapi serangan gencar Nazi. Di tengah neraka yang melahap segala kekuatan lain dalam masyarakat, Gereja tetap kokoh dengan kekuatan yang bukan dari dunia ini. Janji Kristus telah digenapi: alam maut tak akan menguasainya. Kami tahu seperti apa alam maut itu. Kami telah melihatnya dengan mata kami sendiri. Tetapi, kami melihat juga rumah yang tetap kokoh berdiri, sebab dibangun di atas batu karang.”


Pada tanggal 29 Juni 1951, Georg dan Joseph Ratzinger ditahbiskan sebagai imam oleh Kardinal Faulhaber di Katedral Freising, pada Pesta Santo Petrus dan Paulus. Pastor Ratzinger mulai mengajar, di samping itu ia juga belajar filsafat dan teologi di Universitas Munich dan di Sekolah Tinggi Freising. Pada tahun 1953, ia memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dengan tesisnya yang berjudul “Umat dan Rumah Tuhan dalam Doktrin Gereja St Agustinus”. Empat tahun sesudahnya, ia menjadi dosen, kemudian mengajar dogma dan teologi fundamental di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Freising, lalu di Bonn dari tahun 1959 hingga 1969,Münster dari tahun 1963 hingga 1966, Tubinga dari tahun 1966 hingga 1969. Sejak tahun 1969, Pastor Ratzinger menjadi professor teologi dogmatik dan sejarah dogma di Universitas Regensburg, sekaligus menjabat Wakil Rektor universitas yang sama.


Pada tahun 1962, Pastor Ratzinger telah terkenal ketika, dalam usia 35 tahun, ia menjadi penasehat ahli teologi bagi Uskup Agung Cologne, Kardinal Joseph Frings, dalam Konsili Vatikan II.


Di antara begitu banyak karyanya, yang paling menonjol adalah, “Pengantar Agama Kristen,” berisi kumpulan pelajaran kuliah tentang pengakuan iman apostolik, diterbitkan tahun 1968; “Dogma dan Wahyu,” sebuah bunga rampai, kumpulan khotbah dan renungan yang dipersembahkan bagi pelayanan pastoral, diterbitkan tahun 1973.


Bulan Maret 1997, Paus Paulus VI menetapkannya sebagai Uskup Agung Munich dan Freising. Tanggal 28 Mei 1977 ia ditahbiskan. Moto episkopalnya adalah “Cooperatores Veritatis”, pekerja-pekerja kebenaran, yang diambil dari 3Yohanes 8. Moto ini melambangkan jalinan kebenaran dan kasih, iman pribadi dan kekatolikan Gereja, pun inter-relasi antara para gembala dan umat beriman, yang, dengan caranya masing-masing, saling ikut ambil bagian dalam kewajiban dan rahmat Injil.


Dalam konsistori tanggal 27 Juni 1977, Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai kardinal.


Pada tanggal 25 November 1981, Paus Yohanes Paulus II menunjuk Kardinal Ratzinger sebagai Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman; Presiden Komisi Kitab Suci dan Komisi Teologi Internasional Kepausan.


Pada tanggal 6 November 1998, Kardinal Ratzinger dipilih sebagai Subdekan Dewan Kardinal dan pada tanggal 30 November 2002 Paus Yohanes Paulus II mengesahkan pemilihannya oleh para kardinal sebagai Dekan Dewan Kardinal. Sebagai Presiden Komisi bagi Persiapan Katekismus Gereja Katolik yang baru, ia bekerja selama enam tahun (1986 - 1996) sebelum akhirnya mempersembahkan Katekismus baru kepada Bapa Suci.


Kardinal Ratzinger termasuk salah seorang yang paling berpengaruh dan dihormati di Vatikan. Ia merupakan tangan kanan serta rekan terdekat Paus Yohanes Paulus II. Ia pula yang memimpin pemakaman Sri Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 April 2005, dan ia juga yang memimpin conclave yang dimulai pada tanggal 18 April 2005 yang lalu.


Berulangkali Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa ia ingin mengundurkan diri ke suatu desa di Bavaria dan mengabdikan sisa hidupnya untuk menulis. Tetapi, akhirnya juga, ia mengatakan bahwa ia “siap menerima segala beban tanggung jawab yang diletakkan Tuhan ke atas pundaknya.”


Pada tanggal 19 April 2005 pukul 5.50 sore, Kardinal Ratzinger terpilih sebagai penerus Paus Yohanes Paulus II sebagai paus Gereja Katolik Roma yang ke-265 dengan nama Paus Benediktus XVI.


Bapa Suci Paus Benediktus XVI menguasai sepuluh bahasa. Ia seorang pianis ulung, teristimewa dalam karya-karya Mozart dan Beethoven.


Paus Benediktus XVI merupakan paus German yang kedelapan.

Dogma Santa Perawan Maria


   SP Maria Bunda Allah (Theotokos), dimaklumkan dalam Konsili Efesus pada tahun 431.
   SP Maria Tetap Perawan Selamanya, sebelum, selama maupun sesudah kelahiran Yesus, dimaklumkan dalam Sinode Lateran pada tahun 649.
   SP Maria Dikandung Tanpa Dosa, dimaklumkan oleh Paus Pius IX pada tanggal 8 Desember 1854.
   SP Maria Diangkat ke Surga badan dan jiwanya, dimaklumkan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950.

Sedikit Tentang Mgr. Ign Suharyo

Mengenal lebih dalam :


Mgr. Ignatius Suharyo putra Bp. Florentinus Amir Hardjodisastra (alm) dan Ibu Theodora Murni Hardjodisastra. Berasal dari 10 bersaudara, 3 puteri, dan 6 putera, dan yang satu meninggal dunia. Dari 6 putera tersebut, yang jadi imam 2 orang, yaitu Rm. Suitbertus Sunardi, OCSO (Rawaseneng) dan Rm. I. Suharyo, Pr. Dan dari 3 puteri, dua orang menjadi suster, Sr. Marganingsih dan Sr. Sri Murni.

Karya penggembalaan Mgr. I. Suharyo, antara lain : Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru pada Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta (1989); Dosen di Sekolah Tinggi Kateketik Kotabaru; Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang (s/d 1997); Ketua UNIO (Persaudaraan Imam Imam Praja Keuskupan Agung Semarang); Penulis Buku, Artikel, Penerjemah/Penyadur.

Buku – buku yang pernah dibuatnya antara lain : Membaca Kitab Suci : Paham – Paham Dasar; Membaca Kitab Suci : Tulisan – Tulisan Perjanjian Lama; Membaca Kitab Suci : Tulisan – Tulisan Perjanjian Baru; Pengantar Injil Sinoptik; Mengenal Alam Hidup Perjanjian Lama; Kitab Wahyu, Paham dan Maknanya Bagi Hidup Kristen; Datanglah Kerajaanmu; Kisah Sengsara Yesus dalam Injil Sinoptik. Yang terbaru berjudul : THE CATHOLIC WAY, Kekatolikan dan Keindonesian Kita, diterbitkan oleh Kanisius.

Beliau juga banyak membuat terjemahan / saduran dari karya karya Henri J.M. Nouwen yang antara lain : Menggapai Kematangan Hidup Rohani; Dengan Tangan Terbuka; Engkau Dikasihi; Kembalinya Si Anak Hilang; Cakrawala Hidup Baru; Pelayanan yang Kreatif;

Pada tahun 1997, Bapa Sri Paus Yohanes Paulus II mengumumkan pengangkatan Rm. I. Suharyo, Pr. menjadi Uskup Agung Semarang, menggantikan Julius Cardinal Darmaatmaja, SJ. Ditahbiskan sebagai Uskup di GOR Jatidiri Semarang dengan Semboyannya :”Serviens Domino Cum Omni Humilitate” Act 20:19 yang artinya “Aku Melayani Tuhan Dengan Segala Rendah Hati” Kisah Para Rasul 20:19. Serta pada 2 Januari 2006, ditetapkan sebagai Uskup Militer menggantikan Kardinal J. Darmoatmodjo, SJ.

Berikut adalah biodata beliau :

Nama : Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo

Tempat dan tgl lahir : Sedayu, Yogyakarta/ 9 Juli 1950

Pendidikan :

1968 SMA Seminari Mertoyudan, Magelang

1971 Sarjana Muda Filsafat/ Teologi

1976 Sarjana Filsafat/Teologi FKSS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta

1981 Doktor Theologi Biblicum Univ. Urbaniana, Roma, Italia

Jabatan

Guru Besar Ilmu Theologi Univ Sanata Dharma, Yogyakarta

Uskup Agung Semarang

Uskup Agung Ordinariat Militer Indonesia

Sekjen Konferensi Wali Gereja Indonesia



Pengalaman :

1981-1991 Pengajar Sekolah Tinggi Kateketik STFK Pradnyawidya, Yogyakarta

1983-1993 Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi-FIP IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta

1993-1997 Dekan Fakultas Teologi Univ Sanata Dharma, Yogyakarta

1994-1996 Pengajar Univ Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

Pengajar Unika Parahyangan Bandung

1996-1997 Direktur Program Pascasarjana Univ Sanata Dharma, Yogyakarta

1997 Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara



Ordained as priest of Semarang : 26 Jan 1976

Appointed as archbishop of Semarang : 21 Apr 1997

Ordained as archbishop of Semarang : 22 Aug 1997

Appointed as military bishop : 2 Jan 2006

Appointed as coadjutor archbishop of Jakarta : 25 July 2009

Cara Berdoa Rosario

Cara Berdoa Rosario
Aku Percaya..
Kemuliaan..
Bapa Kami..
Salam, Puteri Allah Bapa - Salam Maria ..
Salam, Bunda Allah Putera - Salam Maria ..
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus - Salam Maria ..

Peristiwa 1 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah
Doa Fatima

Peristiwa 2 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah
Doa Fatima

Peristiwa 3 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah
Doa Fatima

Peristiwa 4 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah
Doa Fatima

Peristiwa 5 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah
Doa Fatima

Kamis, 08 September 2011

NOVENA 3 SALAM MARIA

NOVENA 3 SALAM MARIA

Novena Tiga Salam Maria berasal dari Santa Mechtildis. Ia mendapatkan pengalaman rohani dari Bunda Maria ketika ia cemas akan keselamatan hidupnya dan ia memohon Bunda Maria untuk membantunya saat kematiannya. Bunda Maria mengabulkan permohonannya dan meminta ia agar berdoa tiga kali Salam Maria.

Santo Antonius dari Padua, Santo Leonardus dari Porto Mauritio dan Santo Alfonsus de Liguori berjasa besar dalam mewartakan doa Tiga Salam Maria ini.

Doakanlah doa ini selama sembilan hari berturut-turut.
Dan jika permohonan anda berat, lakukanlah novena ini 3x berturut-turut.

Novena Tiga Salam Maria

Bunda Maria, Perawan yang berkuasa, bagimu tidak ada sesuatu yang tak mungkin, karena kuasa yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadamu. Dengan sangat aku mohon pertolonganmu dalam kesulitanku ini, janganlah hendaknya engkau meninggalkan aku, sebab aku yakin engkau pasti dapat menolong, meski dalam perkara yang sulit, yang sudah tidak ada harapannya, engkau tetap menjadi pengantara bagi Puteramu.

Baik keluhuran Tuhan dan penghormatanku kepadamu maupun keselamatan jiwaku akan bertambah seandainya engkau sudi mengabulkan segala permohonanku ini. Karenanya, kalau permohonanku ini benar-benar selaras dengan kehendak Puteramu, dengan sangat aku mohon, o Bunda, sudilah meneruskan segala permohonanku ini ke hadirat Puteramu, yang pasti tak akan menolakmu.

Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu. Dan untuk menghormati besarnya kuasamu itu, aku berdoa bersama dengan St.Mechtildis yang kau beritahukan tentang kebaikan doa "Tiga Salam Maria", yang sangat besar manfaatnya itu.

Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.

Perawan Suci yang disebut Tahta Kebijaksanaan, karena Sabda Allah tinggal padamu, engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya.

Engkau tahu betapa besar kesulitan yang kuhadapin ini, betapa besar pengharapanku akan pertolonganmu. Dengan penuh kepercayaan akan tingginya kebijaksanaanmu, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu, supaya engkau dapat mengatur dengan segala kesanggupan dan kebaikan budi, demi keluhuran Tuhan dan keselamatan jiwaku. Sudilah kiranya Bunda dapat menolong dengan segala cara yang paling tepat untuk terkabulnya permohonanku ini.

Bunda Maria, Bunda Kebijaksanaan Ilahi, sudilah kiranya Bunda berkenan mengabulkan permohonanku yang mendesak ini. Aku memohon berdasarkan atas kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu.

Bersama dengan St. Antonius dari Padua dan St. Leonardus dari Porto Mauritio, yang rajin mewartakan tentang devosi "Tiga Salam Maria" aku berdoa untuk menghormati kebijaksanaanmu yang tiada taranya itu

Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.

Bunda yang baik dan lembut hati, Bunda Kerahiman Sejati yang akhir-akhir ini disebut sebagai "Bunda yang penuh belas kasih", aku datang padamu, memohon dengan sangat, sudilah kiranya Bunda memperlihatkan belas kasihmu kepadaku. Makin besar kepapaanku, makin besar pula belas kasihmu kepadaku. Aku tahu, bahwa aku tidak pantas mendapat karunia itu. Sebab seringkali aku menyedihkan hatimu dengan menghina Puteramu yang kudus itu. Betapapun besarnya kesalahanku, namun aku sangat menyesal telah melukai Hati Kudus Yesus dan hatikudusmu.

Engkau memperkenalkan diri sebagai "Bunda para pendosa yang bertobat" kepada St.Brigitta, maka ampunilah kiranya segala kurang rasa terima kasihku padamu. Ingatlah akan keluhuran Puteramu saja serta kerahiman dan kebaikan hatimu yang terpancar dengan mengabulkan permohonanku ini melalui perantaraan Puteramu.

Bunda Perawan yang penuh kebaikan serta lembut dan manis, belum pernah ada orang yang datang padamu dan memohon pertolongamu engkau biarkan begitu saja. Atas kerahiman dan kebaikanmu, aku berharap dengan sangat, agar aku dianugerahi Roh Kudus. Dan demi keluhuranmu, bersama St. Alfonsus Ligouri, rasul kerahimanmu serta pengajar devosi "Tiga Salam Maria", aku berdoa untuk menghormati kerahimanmu dan kebaikanmu.

Salam Maria ... (3X)
Bunda Maria yang baik hati, jauhkanlah aku dari dosa-dosa berat.


BKSN 2011

Pengantar Singkat

Awal Bulan Kitab Suci Nasional adalah keprihatinan Gereja bahwa umat kurang akrab dengan kitab suci. Tahun 1975 Lembaga Biblika Indonesia menyarankan agar tiap paroki mengadakan misa Syukur dalam bulan Agustus untuk menyambut terbitnya Alkitab ekumenis. Di tahun 1976 ditentukan Minggu Kitab Suci yang tahun itu jatuh pada tanggal 24/25 Juli 1976. Selanjutnya sidang MAWI 1977 menetapkan hari minggu pertama bulan September sebagai Hari Minggu Kitab Suci Nasional (HMKSN). Dalam perkembangannya satu minggu dalam setahun dirasakan kurang, maka ditetapkanlah bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional, yang diisi dengan pelbagai kegiatan bersangkutan dengan Kitab Suci. Hal ini masih berlangsung sampai sekarang.

Pada tahun 2011 ini ada empat perumpamaan yang dipilih untuk dijadikan bahan renungan serta pembelajaran bersama dalam Bulan Kitab Suci ini, yaitu:

1. Orang Samaria Yang Baik Hati (Luk.10:25-37)
2. Anak Yang Hilang (Luk 15:1-32)
3. Lalang di Ladang Gandum (Mat. 13:24-30)
4. Pengampunan (Mat. 18:21-35).

Kedua perumpamaan yang pertama hanya terdapat di dalam Injil Lukas, sedang kedua perumpamaan terakhir hanya terdapat di dalam Injil Matius. Pemilihan keempat perumpamaan tersebut didasari oleh isinya yang relevan untuk situasi kita bersama saat ini. Kita mencoba bersama-sama menggali pesan-pesan perumpamaan dalam bentuk sharing, berbagi pengalaman dan berbagi pendapat. Bulan September ini kita memasuki bulan Kitab Suci, marilah setiap hari kita membaca dan merenungkan apa yang tertulis dalam Kitab suci, aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan, wilayah maupun Sarasehan Kitab Suci yang diselenggarakan di Paroki dan kiranya juga dapat memanfaatkan tulisan-tulisan renungan yang ada di blog ini.

Pertemuan I. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati

INJIL Lukas 10:25-37

Pada suatu ketika, seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, "Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya, "Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, 'Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.' Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu, "Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya." Yesus berkata kepadanya, "Pergilah, dan lakukanlah demikian!"